Tangsel, Terasbanten.id – Curah hujan yang cukup tinggi di wilayah Jabodetabek tidak lepas dari prilaku dan ulah manusia itu sendiri dan berakibat memicu perubahan iklim yang ekstrim. Hal ini di jelaskan oleh Kepala Seksie Observasi dan Informasi BMKG Stasiun Klimatologi Kota Tangsel, Yanuar Henry Pribadi.
“Salah satu yang memicu perubahan iklim itu adalah pemakaian bahan bakar fossil yang berlebihan, konsumsi bahan bakar yang berlebihan membuat zat karbon dioksida atau CO2 meningkat tajam. Maka terjadilah proses alam berupa pemanasan global atau gobal warming,” paparnya.
Menurutnya iklim secara langsung berubah cepat menyesuaikan. Akibatnya musim hujan bisa lebih pendek tetapi curah hujannya semakin ekstrim. “musim kemarau semakin panjang dengan suhu yang semakin meningkat,” tukasnya. Jumat, 03/12/2020
Lanjutnya hal itu juga berakibat curah hujan tinggi dan terjadi banjir dari luapan air daerah aliran sungai. Seperti peristiwa bencana banjir yang meluas ke beberapa wilayah pada Rabu kemarin.
“Awal tahun ini rekor curah hujan 377 milimeter per hari. Angka dari hasil pengamatan ilmiah itu mengalahkan catatan pada saat banjir besar 2007 mencapai 340 milimeter per hari. Kemudian saat musim hujan periode 2015 sebesar 361 milimeter per hari. Sementara untuk Tangerang Selatan juga termasuk besar hujannya terukur 208 milimeter. Cuma masih lebih besar Halim mencapai 377 milimeter,” pungkasnya .